Pernikahan bukanlah hal yang mudah, apalagi pada masa lalu di mana budak seringkali dinikahkan tanpa mempertimbangkan perasaan mereka. Namun, kisah cinta Barirah dan Mughits, dua sahabat yang menikah pada zaman Rasulullah, sungguh mengharukan.
Kisah Cinta Barirah dan Mughits pada Zaman Rasulullah
Mughits adalah seorang budak pria, sedangkan Barirah adalah seorang budak wanita. Keduanya menikah ketika masih menjadi budak. Barirah adalah istri Mughits dan Mughits adalah suami Barirah. Namun, meskipun sudah menikah, mereka masih hidup sebagai budak.
Barirah dibebaskan oleh Aisyah, istri Rasulullah. Aisyah membeli Barirah dan memerdekakannya, namun si penjual menetapkan syarat bahwa dia akan menjadi wali atau yang merawat Barirah saat dia wafat. Rasulullah menegaskan bahwa syarat tersebut tidak sah dan menyuruh Aisyah untuk membebaskan Barirah. Loyalitas budak diberikan kepada orang yang memerdekakan, yaitu Aisyah.
Baca juga : Syarat-Syarat Tidak Sah dalam Kontrak Bisnis Menurut Hukum Syariah Islam
Meskipun sudah dimerdekakan, Barirah meminta Mughits untuk menceraikannya. Namun, Mughits tetap mencintai Barirah dan menolak permintaannya. Masalah ini kemudian dibawa ke hadapan Rasulullah. Beliau mencoba untuk mendamaikan mereka berdua dan bertanya pada Barirah mengapa ia tidak ingin rujuk dengan Mughits. Barirah menjawab bahwa jika Rasulullah memerintahkannya untuk rujuk, maka ia akan menerimanya, namun jika bukan perintah, ia tidak ingin menjadi istrinya lagi.
Rasulullah kemudian menegaskan bahwa tidak ada perintah dalam perkara ini dan Barirah memutuskan untuk tidak membutuhkan Mughits lagi. Meskipun demikian, Rasulullah menegaskan bahwa keadilan dalam perkara poligami adalah mengenai pemenuhan kebutuhan rumah, makanan, pakaian, dan waktu. Namun, jika menyangkut urusan hati, seseorang tidak bisa mengendalikan hatinya.
Dalam Islam, wanita memiliki hak untuk menolak perkawinan yang tidak diinginkannya. Tidak ada orang yang dipaksa untuk melakukan apapun yang tidak diinginkannya. Meskipun Rasulullah memiliki kekuasaan untuk memerintahkan Barirah untuk rujuk dengan Mughits, beliau tidak melakukannya. Rasulullah memberikan kesempatan kepada Mughits untuk membuktikan cintanya pada Barirah.
Kisah cinta Barirah dan Mughits mengajarkan kita tentang cinta dan keadilan. Cinta adalah sebuah perasaan yang tidak bisa dipaksakan dan harus saling menghargai satu sama lain. Sementara itu, keadilan adalah hak yang harus diberikan pada setiap orang tanpa terkecuali. Meskipun keduanya adalah budak, Barirah dan Mughits memiliki hak yang sama untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Kesimpulan
Kisah cinta antara Mughits dan Barirah yang menikah sebagai budak pada masa lalu di zaman Rasulullah mengandung pesan yang sangat mengharukan. Meskipun hidup sebagai budak dan tidak memiliki banyak kebebasan, Mughits tetap mencintai Barirah meski sudah dimerdekakan. Meskipun Barirah meminta untuk diceraikan, Rasulullah memberikan kesempatan bagi Mughits untuk membuktikan cintanya dan memerintahkan Barirah untuk rujuk. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya cinta dan keadilan dalam kehidupan, di mana cinta tidak bisa dipaksakan dan setiap orang memiliki hak yang sama untuk menentukan nasibnya sendiri.
FAQ
1. Siapakah Mughits dan Barirah?
Mughits dan Barirah adalah dua sahabat yang menikah sebagai budak pada masa lalu di zaman Rasulullah.
2. Bagaimana cerita tentang Barirah yang dibebaskan oleh Aisyah?
Barirah dibebaskan oleh Aisyah, istri Rasulullah. Namun, si penjual menetapkan syarat bahwa dia akan menjadi wali atau yang merawat Barirah saat dia wafat. Rasulullah menegaskan bahwa syarat tersebut tidak sah dan menyuruh Aisyah untuk membebaskan Barirah. Loyalitas budak diberikan kepada orang yang memerdekakan, yaitu Aisyah.
3. Apa yang terjadi setelah Barirah dibebaskan?
Setelah dibebaskan, Barirah meminta Mughits untuk menceraikannya, namun Mughits tetap mencintai Barirah dan menolak permintaannya. Masalah ini kemudian dibawa ke hadapan Rasulullah untuk didamaikan.
4. Mengapa Rasulullah tidak memerintahkan Barirah untuk rujuk dengan Mughits?
Dalam Islam, wanita memiliki hak untuk menolak perkawinan yang tidak diinginkannya. Meskipun Rasulullah memiliki kekuasaan untuk memerintahkan Barirah untuk rujuk dengan Mughits, beliau tidak melakukannya. Rasulullah memberikan kesempatan kepada Mughits untuk membuktikan cintanya pada Barirah.
5. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah cinta antara Mughits dan Barirah?
Kisah cinta antara Mughits dan Barirah mengajarkan kita tentang cinta dan keadilan. Cinta adalah sebuah perasaan yang tidak bisa dipaksakan dan harus saling menghargai satu sama lain. Sementara itu, keadilan adalah hak yang harus diberikan pada setiap orang tanpa terkecuali. Meskipun keduanya adalah budak, Barirah dan Mughits memiliki hak yang sama untuk menentukan nasib mereka sendiri.